Kesehatan, Uncategorized

Autisme

understanding-autism-spectrum-disorder-what-is-it

Definisi Autisme

Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ‘auto’ yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan ‘orientasi atau arah atau keadaan (state).

Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.

Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.

Faktor Penyebab Autisme

1. Ibu yang dingin
Teori ini mengatakan bahwa sikap ibu yang dingin terhadap kehadiran anaknya menyebabkan anak masuk kedalam dunianya sendiri sehingga ia menjadi autisme. Namun ternyata anak yang mendapat kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya terutama ibunya, menunjukan ciri-ciri autisme. Teori tersebut tidak memberi gambaran secara pasti, sehingga hal ini mengakibatkan penanganan yang diberikan kurang tepat bahkan tidak jarang berlawanan dan berakibat kurang menguntungan bagi pekembangan individu autisme.
2. Lingkungan
Faktor lain penyebab autisme pada anak adalah lingkungan. Ibu hamil yang tinggal di lingkungan kurang baik dan penuh tekanan, tentunya berisiko pada janin yang dikandungnya. Selain itu lingkungan yang tidak bersih juga dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan.
3. Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor genetik. Penyakit genetik yang sering dihubungkan dengan autisme adalah Tuberous Sclerosis (17-58%) dan syndrome fragile X (20-30%). Disebut Fragile-X karena secara sito genetik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir lengan panjang kromosom X 4. Sindrom fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X-linked (X terangkai) yaitu melalui kromosom X. Pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya karena tidak bisa digolongkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi penderita maupun pembawa sifat (carrier).
4. Usia orangtua
Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan, perempuan usia 40 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki anak autisme dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun.
“Memang belum diketahui dengan pasti hubungan usia orangtua dengan autisme. Namun, hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen,” kata Alycia Halladay, Direktur Riset Studi Lingkungan Autismem Speaks.
5. Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autisme. Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem saraf pusat. Menurut Dr Alice Mao, profesor psikiatri, zat kimia dalam pestisida berdampak pada mereka yang punya bakat autisme.
6. Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki risiko lebih besar mengalami autisme. Obat-obatan tersebut termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama yang dipakai untuk mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan, kecemasan, serta insomnia. Obat thalidomide sendiri di Amerika sudah dilarang beredar karena banyaknya laporan bayi yang lahir cacat. Namun, obat ini kini diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit dan terapi kanker. Sementara itu, valproic acid adalah obat yang dipakai untuk penderita gangguan mood dan bipolar disorder.
7. Perkembangan otak
Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan dengan autisme. Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, di otak juga dihubungkan dengan autisme.

Ciri-ciri Anak Autisme

Hasil gambar untuk gambar autismePENYEBAB-WABAH-AUTISME

  1. Kurangnya pemahaman
  2. Komunikasi yng sangat susah
  3. Perkembangan yang telat
  4. Tidak peduli dengan lingkungannya
  5. Sangat sensitif
  6. Tidak menyukai suara keras
  7. Tidak mau tersenyum bila diajak tersenyum
  8. Suka melambai tangan, berjalan berjingkat, goyang- goyang tubuh dan badannya sangat kaku
  9. Tertarik dengan warna cerah

Karakteristik Anak Autisme

Gambar terkait

Interaksi sosial

  • Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
  • Lebih suka menyendiri
  • Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
  • Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan

Komunikasi

  • Perkembangan bahasa lambat
  • Senang meniru atau membeo
  • Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
  • Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
  • Mengoceh tanpa arti berulang-ulang
  • Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

Pola Bermain

  • Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
  • Senang akan benda-benda yang berputar
  • Tidak bermain sesuai fungsi mainan
  • Tidak kreatif, tidak imajinatif
  • Dapat sangat lekat dengan benda tertentu

Gangguan Sensoris

  • Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
  • Sering menggunakan indera pencium dan perasanya
  • Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
  • Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
  • Perkembangan Terlambat
  • Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi
  • Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan sirna

Gangguan emosi

  • Gangguan emosi anak autis sering tidak stabil, sering teriak- teriak, menghancurkan barang yang ada didepannya, menangis,melempar barang-barang tertawa dan tantrum

Hambatan-hambatan Anak Autisme

Masalah dalam memahami lingkungan

  • Respon terhadap suara yang tidak biasa.

Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung mengabaikan suara yang sangat keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan benda di sampingnya. Anak autis dapat juga sangat tertarik pada beberapa suara benda seperti suara bel, tetapi ada anak autis yang sangat tergangu oleh suara-suara tertentu, sehingga ia akan menutup telinganya.

  • Sulit dalam memahami pembicaraan.

Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna, tidak dapat mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila dirinya dimarahi. Menjelang usia lima tahun banyak autis yang mengalami keterbatasan dalam memahami pembicaraan.

  • Kesulitan ketika bercakap-cakap. Beberapa anak

Autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk mengatakan sedikit kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang diucapkan orang lain, mereka memiliki kesulitan dalam mempergunakan kata sambung, tidak dapat menggunakan kata-kata secara fleksibel atau mengungkapkan ide.

  • Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara .

Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan suara tertentu yang mereka dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yanghampir sama, memiliki kesulitan untuk mengucapkan kata-kata yang sulit.Mereka biasanya memiliki kesulitan dalam mengontrol kekerasan suara.

Masalah dalam memahami benda yang dilihat.

Beberapa anak autis sangat sensitif terhadap cahaya yang sangat terang, seperti cahaya lampu kamera, anak autismengenali orang atau benda dengan gambaran mereka yang umum tanpa melihat detil yang tampak.

  • Masalah dalam pemahaman gerak isarat.

Anak autis memiliki masalah dalam menggunakan bahasa komunikasi;seperti gerakan isarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah.7. Indra peraba, perasa danpembau.Anak-anak autis menjelajahi lingkungannya melalui indera peraba,perasa dan pembau mereka. Beberapa anak autis tidak sensitif terhadap dingin dan sakit.Gerakan tubuh yang tidak biasa.

Ada gerakan-gerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan oleh anak-anak yang normal seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-loncat, dan menyeringai.

  • Kekakuan dalam gerakan-gerakan.

Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak anggun, mampu memanjat dan seimbang seperti kucing, namun yang lainnya lebih kaku dan berjalan seperti memiliki bebrapa kesulitan dalam keseimbangan dan biasanya mereka tidak menikmati memanjat. Mereka sangat kurang dalam koordinasi dalam berjalan dan berlari atau sebaliknya.

  • Masalah gangguan perilaku dan emosi.
  1. Sikap menyendiri dan menarik diri.
  2. Menentang perubahan.
  3. Ketakutan khusus.
  4. Prilaku yang kurang baik.
  5. Ketidakmampuan untuk bermain.

Terapi Penunjang bagi anak Autisme

  • Terapi aku Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa

menstimulasi sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.

  • Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran

gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus merangsang kemampuan berbicara.

  • Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya

zat merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya melakukan detoksifikasi gas merkuri.

  • Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian

dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di sekitarnya.

  • Terapi anggota keluarga.

Orangtua harus mendampingi dan memberi perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib dilakukan untuk semua jenis terapi lain.

  • Terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia

medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik penderita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelombang sonar (gelombang suara dengan frekuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter dan merangsang sistem saraf.

  • Terapi okupasi

Teknik ini merupakan terapi autis yang penting dalam membantu melatih otot pada penderita autis sehingga secara berangsur- angsur bisa kembali normal.

  • Terapi visual

Terapi ini dilakukan dengan memberikan gambar- gambar yang sangat bermanfaat terutama jika sianak tidak bisa bicara.

  • Terapi wicara

Yaitu terapi berbicara,agar bisa berbicara dengan orang lain untuk mengurangi suatu kesulitan yang mereka rasakan saat sedang berinteraksi dengan orang lain.

Daftar Pustaka

Anonim,Http:// http://www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Suara.

Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan

layanan Pendidikan Khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas

http://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-tentang-autisme.html

http://mutmainnahbasri94.blogspot.co.id/2013/05/makalah-autis.html

Leave a comment